top of page

Pertarungan Ide (2)


Keberanian Mencanangkan Jawaban!

“Lo tuh ya jangan cuma berani nanya, sekarang saatnya lo untuk berani jawab!”

Jleb.

Yak, sesuai janjiku di tulisan sebelumnya. Kali ini aku akan membeberkan keputusan alias jawaban dari pertanyaan-pertanyaan dilematisku sendiri. Entah ini bersifat temporary only atau permanently. Tapi aku harap ini bisa jadi acuan untukku sendiri jika suatu waktu mulai lupa, jenuh, atau bimbang. So, bantu ingatkan ya, kawan! :)



Menemukan Passion, Menempuh S2, dan Menikah (?)


Honestly, hingga detik ini aku belum berani menyatakan dengan lantang bahwa inilah passion-ku! Karena aku rasa aku akan selalu dalam perjalanan menemukan passion dan value. Berbicara tentang value, jadi begini, yaa mungkin kalian sudah seringkali mendengar dan memahami kata ini tapi bagiku ini memang penting sekali.


Pada pernyataanku di tulisan pertama, bahwa bagiku tidaklah cukup jika telah menemukan passion tapi belum menemukan value. Contoh sederhana yang ku pikirkan begini, misalnya passion-ku adalah di bidang seni rupa. Menjadi seorang expert di bidang itu mungkin saja aku bisa, sukses dengan itu juga sangat mungkin. Karena setelah tahu passion, maka kita bisa benar-benar bergelut dengan itu. Namun bagiku, rasanya jika hanya sukses untuk definisi pribadi tidaklah cukup. Satu konsep yang ku pahami bahwa bagaimana dengan apa yang aku lakukan itu bisa menjadi sebuah kontribusi dalam rangka perubahan ke arah lebih baik. Baik berdampak kecil atau besar, yaa meskipun inginnya bisa berdampak sebesar-besarnya. Maka pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana seni rupa mampu memberikan dampak perubahan? Seberapa signifikan itu? Dan untuk menjawab pertanyaan ini aku tidak ingin jawaban normatif atau sekedar konteks manfaat yang seolah dibuat-buat. Misalnya value pada estetika. Tidak salah, tapi kualitas jawabannya bagiku masih belum cukup keren. Saat ini kita bukan hidup di era peradaban madani, bagiku ada berbagai macam permasalahan yang jauh lebih genting dan penting untuk segera diselesaikan.

***

Aku? Aku nampaknya menyukai interaksi dengan orang lain terlebih anak-anak usia remaja hingga dewasa tanggung. Aku senang membina, tapi kurang sabar jika harus membina anak-anak yang berusia sangat muda. Aku senang mendengarkan setiap kisah hidup orang apalagi jika kisah hidup itu penuh hikmah. Aku sangat senang jika bisa membantu mewujudkan impian orang lain. Aku senang melihat senyum orang. Dan tidak ada yang membuatku sangat bahagia ketika bisa membantu kehidupan orang lain menjadi lebih baik dari sebelumnya.


Perihal S2, sepertinya aku akan sangat membutuhkan ilmu dan hikmah kehidupan yang lebih banyak, lebih luas, dan juga lebih menantang. Aku butuh. However, aku butuh untuk bisa menjadi jembatan penghubung, S2 bagiku bisa menjadi akses jalan yang akan sangat membantuku mengembangkan passion dan value yang ingin aku ciptakan sebagai bentuk karyaku selama hidup di dunia.


Dan untuk menikah, akhirnya aku putuskan mulai sekarang aku akan merencanakan dan mempersiapkan lebih serius. Dan berdoa lebih sungguh-sungguh. Hehe


Kalian boleh mendebat ini jika tidak sepakat, tapi sebelum akhirnya aku membuat tulisan ini tentu saja aku telah melewati berbagai perdebatan cukup panjang yang akhirnya menghasilkan sebuah kesimpulan seperti ini:


Aku ingin mendirikan Life School, sebuah sekolah kehidupan bagi anak-anak yang terasingkan oleh kehidupan. Setelah itu, aku akan lanjutkan studi masterku di Dundee University, UK dalam bidang Social Work dalam rangka untuk mengembangkan Life School yang telah aku dirikan sebelumnya. Aku juga ingin menikah pada tahun 2018 dan mungkin bulan November. Saat berumah tangga nanti, aku tidak ingin punya TV, sebagai gantinya cukup pasang wifi. Hehehe




Entah Allah SWT akan menuliskan skenario hidup seperti apa untukku, tapi merencanakan tidak dilarang, bukan? Jika berkenan, mari aamiin-kan! :D







Dan sekian keberanianku. Dan sekian jawabanku. Habis ini, semoga aku bisa benar-benar berjuang untuk ini.





Recent Posts
Archive
bottom of page