top of page

Dialektika Kepemimpinan: Sebuah Takdir atau Pilihan?

Tentang kepemimpinan barangkali telah banyak dibahas dalam artikel-artikel di berbagai media, entah media cetak, sosial, siaran, portal opini, dan lain sebagainya. Forum-forum kepemimpinan kini juga semakin marak tumbuh dan berkembang, khususnya dikalangan pemuda. Makna kepemimpinan dibahas dalam berbagai lini pergerakan, mulai dari jenjang sekolah, kampus, kantor, hingga negara. Pelatihan-pelatihan kepemimpinan semakin mudah diakses oleh kalangan muda yang juga menjadi sasaran empuk kaderisasi berbagai jenis lembaga atau pun organisasi yang harus menyiapkan regenerasi. Setiap pelaku yang terlibat dalam misi pembentukan pemimpin masa depan juga meramu ‘kurikulum kepemimpinan’ terbaik untuk para sehingga mampu menghasilkan kader-kader pemimpin terbaik kelak.



Ekspektasi dari wadah-wadah kepemimpinan tersebut tentu tinggi kepada setiap kader yang dibinanya, meski seringkali makna kepemimpinan ini dibuat sesederhana mungkin, yakni setiap pribadi mampu memimpin dirinya sendiri. Namun dengan kondisi negeri yang kian meresahkan ini, maka menjadi wajar jika terjadi kekhawatiran mendalam akan krisis pemimpin Indonesia ke depan, sehingga harapan munculnya bibit-bibit unggul calon pemimpin kredibel yang penuh integritas juga semakin menggebu. Upaya-upaya akselerasi untuk melahirkan pemimpin idaman masyarakat kian dibutuhkan demi menjawab tantangan zaman.


Lantas, fenomena apa yang terjadi saat ini?


Indonesia bukannya tidak memiliki orang-orang baik sama sekali, hanya saja orang-orang baik di sini masih cenderung takut untuk mengambil peran dan bertanggung jawab besar. Keberanian menentukan pilihan masih dalam ambang batas keraguan. Akhirnya kebanyakan orang baik itu memilih untuk diam, defensif, dan mengamati saja. Kekuasaan pun diambil alih oleh mereka yang memang memiliki obsesi. Sayangnya, sikap obsesi yang seharusnya bisa menjadi dorongan untuk berbuat kebaikan lebih luas seringkali mengalami disorientasi di pertengahan jalan para pemimpin yang tidak kuat karakter kepemimpinannya sejak awal, sehingga keadaan mudah membuatnya terombang-ambing dalam memutuskan suatu kebijakan. Menjadi seketika buta arah, mana yang benar mana yang salah. Semuanya tersamarkan dalam pandangannya.


Menjadi seorang pemimpin, apakah sebuah takdir atau pilihan?


Pembahasan takdir memang terkadang menjadi unik, kita menganggap bahwa takdir adalah sebuah misteri besar yang kita tidak bisa terlibat dalam penentuan isi ceritanya. Tuhan telah menggariskan takdir bagi setiap insan di dunia. Tapi takdir itu tak akan pernah terjadi tanpa kendali dari insan yang tertakdir itu sendiri. Saya rasa menjadi sosok pemimpin adalah takdir yang berasal dari sebuah pilihan, sebuah keputusan hidup. Takdir seorang pemimpin akan ditentukan oleh setiap pilihan dalam hidupnya.


Semoga orang-orang baik itu semakin sadar tentang kemampuan dirinya, serta diberikan keberanian untuk memilih jalan hidup yang tidak mudah, berani memimpin, mengubah, dan bertanggung jawab atas setiap kepemimpinannya selama hidup di dunia.


diberikan keberanian untuk memilih jalan hidup yang tidak mudah, berani memimpin, mengubah, dan bertanggung jawab atas setiap kepemimpinannya selama hidup di dunia.


Recent Posts
Archive
bottom of page